India Pake Bahasa Indonesia
Tempat ibadah masyarakat India-Indonesia
Di bawah ini adalah tempat-tempat ibadah masyarakat India-Indonesia khususnya yang beragama Hindu dan Sikh.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lambang negara India adalah adaptasi dari hulu tiang Singa Asoka dari Sarnath.
Maharaja Asoka yang Agung mendirikan hulu tiang yang menghiasi puncak Pilar Asoka untuk menandai titik tempat Buddha Gautama mengajarkan Dharma untuk pertama kalinya, serta tempat di mana Sangha Buddha dibentuk. Aslinya terdapat empat Singa asia berdiri saling membelakangi dan berdiri di landasan abakus melingkar yang dihiasi ukiran relief timbul bergambar gajah, kuda, lembu, dan singa yang diselingi ukiran Dharmacakra atau Cakram Asoka. Di dasarnya dilandasi teratai berbentuk lonceng. Tugu ini diukir dari satu batu utuh.
Keempat singa ini (satu terhalang dari pandangan) - melambangkan kekuatan, keberanian, harga diri, dan keyakinan - berdiri di atas landasan abakus melingkar. Landasan ini berukir hewan yang lebih kecil yang menjaga empat arah mata angin: singa di utara, gajah di timur, kuda di selatan, dan lembu di barat. Landasan ini ditopang teratai mekar yang melambangkan hulu sumber air kehidupan dan inspirasi kreatif. Versi yang digunakan dalam lambang negara tidak memasukkan lapik atau landasan bunga teratai. relief di bawah singa hanya menampilkan Dharmacakra di tengah dengan lembu di kanan dan kuda di kiri, serta tepi Dharmacakra di ujungnya.[1] Semboyan Satyameva Jayate सत्यमेव जयते dituliskan di bawah lambang dalam aksara Dewanagari yang bermakna 'hanya kebenaran yang berjaya'.[1]
Lambang ini dresmikan sebagai lambang negara India pada 26 Januari 1950, pada saat itu India telah menjadi republik merdeka.[2]
Antariksa - Antariksh
Sama seperti kata sebelumnya, pelafalan dalam bahasa Hindi untuk kata antariksa, huruf A di akhir tidak dibaca. Sehingga menjadi /antarikʃ/ atau /antarikSH/. English: Space; Bahasa Indonesia: Antariksa, luar angkasa; Hindi: अंतरिक्ष (Antariksh)
Kata sabun dalam bahasa Hindi memiliki pelafalan dan arti yang sama persis dengan kata sabun dalam bahasa Indonesia. English: Soap; Bahasa Indonesia: Sabun; Hindi: साबुन (Saabun)
Dalam bahasa Indonesia, kata mantra identik dengan hal-hal yang bersifat gaib. Kata tersebut juga memiliki makna yang sama dalam bahasa Hindi. Hanya saja pelafalan huruf A di akhir kata mantra tidak dibaca, sehingga menjadi /mantr/. English: Spell; Bahasa Indonesia: Mantra; Hindi: मंत्र (Mantr)
Barang yang biasanya digunakan untuk mempermanis kotak kado ini, memiliki makna dan pelafalan yang sama dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Hindi. English: Ribbon; Bahasa Indonesia: Pita; Hindi: फीता (pheeta)
Hanya terdapat sedikit perbedaan cara baca dari salah satu arah mata angin ini. Dalam bahasa Hindi, kata utara dibaca /uttar/. Namun artinya sama persis dengan bahasa Indonesia. English: North; Bahasa Indonesia: Utara; Hindi: उत्तर (Uttar)
Kata untuk meminta ampun dalam bahasa Hindi, sama persis lho dengan bahasa Indonesia, yakni maaf. English: Sorry; Bahasa Indonesia: Maaf; Hindi: माफ़ (Maaf)
Tembakau - Tambako
Dalam bahasa Hindi, bahan utama untuk rokok ini diucapkan /tambako/. Hanya terdapat sedikit perbedaan pelafalan dengan bahasa Indonesia. Meskipun begitu, maknanya tetap sama. English: Tobacco; Bahasa Indonesia: Tembakau; Hindi: तंबाकू (Tambaakoo)
Menurut KBBI, nila merupakan kata lain untuk menyebut warna biru. Dan dalam bahasa Hindi, nila artinya biru. Namun jika diterjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, nila artinya (warna) indigo. English: Blue; Bahasa Indonesia: Biru, nila; Hindi: नील (Neela)
Baca Juga: 11 Kata Bahasa Tagalog yang Sama Persis dengan Bahasa Indonesia
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Tema: Random Wikipedia Article
Artikel yang kupilih untuk tema hari ini berjudul Languages of India di Wikipedia Bahasa Inggris. Aku pribadi lebih suka menggunakan Wikipedia berbahasa asing tersebut karena informasi yang disampaikan biasanya lebih banyak.
Sementara saat membaca Wikipedia Bahasa Indonesia, aku kerap kali menemukan sejumlah artikel yang diterjemahkan seadanya dengan bantuan Google Translate tanpa ada penyuntingan lebih lanjut sehingga hasilnya pun yaaa, mohon maaf, jelek.
Sebelum mulai menulis, jujur aku agak bingung dengan tema ini. Saat mengobrol dengan salah seorang teman dari kegiatan ini, ternyata beliau juga mengalami hal yang serupa. Kami bingung harus membuat tulisan ini menjadi seperti apa.
Ingin menjadi apaaa, setelah dewasa… #nyanyi
Namun, setelah beberapa kali membaca keterangan dari tema ini, yakni:
“Masuklah ke situs Wikipedia, pilih satu artikel, mengenai apa saja. Buatlah tulisan mengenainya. Ingat, bukan copy-paste, namun lebih ke bagaimana kamu bisa menguraikan tanggapanmu terhadap artikel tersebut.”
Kami pun akhirnya sepakat bahwa kami tidak boleh hanya asal comot—meng-copy–paste, mengalihbahasakan, dan kemudian mem-post publish—tetapi kami harus membuat sebuah tulisan uraian mengenai artikel tersebut.
Semoga spekulasi ini tidak salah. Kalau salah, ya sudah. Setidaknya sudah setor. #sikap #mohonjanganditiru
Oke, mari kita kembali ke artikel yang hendak kubahas. Aku memilih artikel ini karena ketertarikanku pada bahasa dan kebetulan saat ini aku masih berada di India.
Artikel yang berisi 6494 kata ini sangat menarik, komprehensif, serta panjang. Sampai dengan kalimat ini diketik (23.25 GMT +5.30), aku baru membaca sekitar setengah bagian dan belum bisa menyerap semua informasi yang disajikan di situ sepenuhnya. Namun, aku akan tetap berusaha memberikan ulasan mengenai artikel ini dengan sebaik mungkin.
*Penulis berusaha menyelesaikan bacaannya dan akan kembali dalam beberapa menit.*
Kalimat tersebut ditulis oleh Admin yang adalah penulis sendiri. #baik
Sebelum berkunjung ke India, ada tiga bahasa di India yang memang sudah kuketahui, hanya dari namanya saja, yakni Hindi, Tamil, dan Bengali. Namun, setelah sampai di sini dan tinggal selama sembilan bulan, aku jadi tahu kalau India punya banyaaaak sekali bahasa.
Aku menemukan gambar di atas dari salah satu artikel rujukan yang dicantumkan di bagian referensi.
Secara garis besar, terdapat dua kelompok bahasa yang terdapat di India, yakni kelompok Bahasa Indo-Arya di India Utara serta kelompok Bahasa Dravidia di India Selatan.
Bahasa Hindi menjadi bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk India, yakni sebanyak lebih dari 400 juta jiwa (sensus India di tahun 2001).
Banyaknya bahasa yang terdapat di India ini, menurutku, merupakan pengaruh dari adanya kerajaan-kerajaan yang dulu berkuasa di wilayah India.
Di satu sisi, banyaknya bahasa yang dimiliki oleh suatu negara membuat negara tersebut menjadi kaya dengan nilai budaya dan sejarah. Namun, di sisi lain, hal tersebut juga dapat menyebabkan munculnya konflik karena perbedaan bahasa yang dituturkan oleh tiap-tiap penduduk.
Hal ini pun secara tidak langsung diperparah oleh sistem kasta yang masih dianut oleh sebagian besar penduduk India, bahkan hingga saat ini. Jadi, seolah akan terkesan wajar saat ada gesekan karena perbedaan bahasa tersebut. Lah wong yang ngomongnya pake bahasa yang sama aja, tetapi berbeda kasta, bisa muncul konflik. Apalagi ini, yang cas-cis-cus-nya pake bahasa yang gak sama.
Seperti yang terjadi sebelum masa kemerdekaan India di tahun 1947.
Pada tahun 1946, terjadi konflik antara sejumlah-orang-yang-setuju-dan-menginginkan-Bahasa-Hindi-menjadi-bahasa-resmi dengan mereka-yang-tidak-setuju. Penutur Bahasa Hindi, yang merupakan mayoritas, tentu ingin bahasa mereka digunakan sebagai bahasa resmi. Namun, penduduk India lain yang bukan merupakan penutur Bahasa Hindi, menentang dengan alasan bahwa bahasa nasional harus bisa menjadi lingua franca bagi semua warga negara.
Karena alasan tersebut, di dalam Konstitusi India, Bahasa Inggris pun ditambahkan sebagai bahasa resmi kedua setelah Bahasa Hindi—yang ditulis dengan aksara Devanagari. Namun, jika tidak ada amendemen, maka dalam waktu 15 tahun sejak dicanangkannya konstitusi tersebut (26 Januari 1950), penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi harus dihentikan.
Menjelang tahun 1965, terjadi kekacauan besar-besaran di sejumlah negara bagian.
Perdana Menteri India saat itu, Jawaharlal Nehru, berusaha mengantisipasi hal tersebut dengan tetap memperbolehkan penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi India.
Akhirnya di tahun 1967, Pemerintah India melakukan amendemen terhadap Konstitusi India. Hasil amendemen tersebut memperbolehkan penggunaan Bahasa Inggris, bersama dengan Bahasa Hindi yang ditulis dalam aksara Devanagari, sebagai bahasa resmi di tingkat nasional.
Karena banyaknya bahasa di India, berdasarkan Konstitusi India, tidak ada satu bahasa pun yang memperoleh status sebagai bahasa nasional.
Mungkin biar gak sisirikan.
Aku juga baru tahu hari ini kalau bahasa resmi dengan bahasa nasional itu berbeda.
Hal menarik lain yang kutemukan dari artikel ini adalah dipilihnya 22 bahasa di India sebagai bahasa resmi. Jika Bahasa Hindi dan Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa resmi pada tingkat nasional, maka penggunaan ke-22 bahasa ini (termasuk Hindi, tidak termasuk Inggris) sebagai bahasa resmi hanya berlaku di tingkat negara bagian.
Dua puluh dua bahasa resmi tersebut adalah Assamese, Bengali, Bodo, Dogri, Gujarati, Hindi, Kannada, Kashmiri, Konkani, Maithili, Malayalam, Meitei, Marathi, Nepali, Odia, Punjabi, Sanskrit, Santali, Sindhi, Tamil, Telugu, serta Urdu.
Jika melihat dari jumlahnya, maka keragaman bahasa di India dan Indonesia bisa dibilang hampir sama. Namun, aku harus mengakui bahwa India lebih unggul dalam satu poin penting, yakni setiap bahasa di India masih menjaga sistem penulisan tradisional bahasa mereka secara utuh.
Sementara di Indonesia, meskipun sama-sama beragam, tetapi sebagian besar penutur bahasa daerah di Indonesia pasti sangat jarang yang bisa menuliskan bahasa daerah mereka dengan sistem penulisannya.
Selain itu, Pemerintah India juga memberikan perhatian khusus kepada beberapa bahasa yang mempunyai nilai-nilai historis berharga, yang kemudian dikategorikan sebagai bahasa klasik.
Sampai saat ini, ada enam bahasa klasik yang telah diakui oleh pemerintah India, yakni sebagai berikut (diurutkan berdasarkan tahun diperolehnya penghargaan tersebut):
Untuk menutup tulisan ini, aku kembali ingin mengutip sebuah informasi dari artikel tersebut. Di salah satu tabel, tersaji data yang menunjukkan bahwa banyak penduduk India yang menguasai lebih dari satu bahasa, yakni Bahasa Hindi, Bahasa Inggris, serta bahasa daerah mereka.
Mungkin sama seperti sebagian besar orang Indonesia yang bisa Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, serta bahasa daerah. Namun, di sini aku harus mengakui bahwa orang India agak lebih baik. Sebab selain bisa menuturkan bahasa daerah mereka, mereka pun masih mempraktekkan sistem penulisan bahasa tersebut.
Meskipun setelah kupikir-pikir lagi, mungkin perbandingan tersebut tidaklah kesemek to kesemek. Sebab jika berbicara mengenai bahasa dan kompleksitasnya, aku menganggap semua bahasa itu sama dan setara, tidak ada yang lebih baik ataupun lebih buruk.
Sampul depan paspor biasa India.
Paspor India merupakan dokumen perjalanan yang dikeluarkan oleh Kementerian Urusan Eksternal India kepada warga negara India untuk tujuan perjalanan internasional. Paspor ini memungkinkan pemegangnya untuk melakukan perjalanan internasional dan berfungsi sebagai bukti kewarganegaraan India sesuai Undang-Undang Paspor (1967). Unit Paspor Seva (Layanan Paspor) dari Konsuler, Paspor & Visa (CPV) Divisi Kementerian Urusan Eksternal berfungsi sebagai organisasi paspor sentral, dan bertanggung jawab untuk menerbitkan paspor India atas permintaan ke semua warga negara India yang memenuhi syarat. Paspor India dikeluarkan di 93 kantor paspor yang berlokasi di seluruh India serta di 162 misi diplomatik India di luar negeri.[2]
Pada 2015, India mengeluarkan sekitar 12 juta paspor, berada di tempat ketiga setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.[3] Sekitar 828 juta penduduk India memegang paspor yang masih berlaku hingga akhir tahun 2015.[3]
Paspor India Britania dikeluarkan untuk subjek Britania di Kerajaan India Britania, dan juga warga negara Britania dari bagian lain Imperium Britania, serta warga negara Britania di wilayah protektorat di India (yaitu penduduk Britania yang dilindungi di 'wilayah kerajaan'). [4] Paspor ini diperkenalkan di India Britania setelah Perang Dunia Pertama.[5] Undang-Undang Paspor India 1920 mensyaratkan penggunaan paspor, kontrol yang kuat atas perjalanan orang asing India, dan orang asing yang bepergian ke dan di dalam India.[6] Paspor tersebut didasarkan pada format yang disepakati pada Konferensi Internasional Paspor Liga Bangsa-Bangsa tahun 1920.[7] Namun, paspor India Britania memiliki penggunaan yang sangat terbatas, hanya berlaku untuk perjalanan di dalam Kerajaan Britania, Italia, Swiss, Austria, Cekoslowakia, Jerman, Prancis, Spanyol, Norwegia, Swedia, dan Belanda.[8]
Penggunaan paspor dihentikan setelah pembentukan dominion India dan Pakistan pada tahun 1947, dan pengusulnya berhak untuk memilih kewarganegaraan India, Pakistan atau Britania. Undang-Undang paspor dibuat ketat di kedua negara pada tahun 1952. Warga negara India dan Pakistan tidak memerlukan visa atau dikeluarkan pada saat kedatangan sampai Perang Kashmir Kedua. Sebelum perang, warga kedua negara dapat dengan bebas melakukan perjalanan ke negara masing-masing, meskipun terjadinya perang tahun 1947 terhadap Kashmir.[9]
Selain itu, kantor paspor serta misi luar negeri terpilih di India diizinkan untuk menerbitkan secara reguler Paspor Indo-Bangladesh dan Indo-Sri Lanka untuk warga negara India yang bermukim di Benggala Barat, Negara Timur-Laut, Tamil Nadu dan Puducherry. Kedua paspor ini masing-masing mengizinkan perjalanan ke Bangladesh dan Sri Lanka saja dan tidak berlaku untuk bepergian ke negara asing lainnya. India berhenti menerbitkan paspor Indo-Bangladesh pada 2013.[10]
Paspor Tatkaal (untuk kepentingan mendesak),[11] dan Paspor Validitas Pendek (Short Validity Passport, SVP)[12] juga tersedia dan ini umumnya dianggap Paspor Biasa setelah dikeluarkan.
Paspor India biasa kontemporer memiliki sampul hitam-hitam kebiru-biruan dengan cetak berwarna emas. Lambang India terpampang di tengah sampul depan. Kata-kata "पासपोर्ट" dalam Devanagari dan "Passport" dalam bahasa Inggris tertulis di atas Emblem "भारत गणराज्य" dalam Devanagari dan "Republic of India" dalam bahasa Inggris tertulis di bawah emblem. Paspor standar berisi 36 halaman, tetapi pelancong yang sering dapat memilih paspor yang berisi 60 halaman. Beberapa paspor awal ditulis tangan, termasuk beberapa yang dikeluarkan antara tahun 1997 dan 2000 dengan tanggal validitas 20 tahun. Paspor ini telah dinyatakan tidak sah oleh pemerintah India dan pemegang harus menggantinya dengan versi yang dapat dibaca mesin yang berlaku selama 10 tahun karena peraturan ICAO.[13]
Semua paspor berisi catatan dalam bahasa Hindi dan Inggris, secara nominal dari Presiden India, yang ditujukan kepada pihak berwenang dari semua negara dan wilayah:
Halaman catatan pemegang paspor biasanya dicap dan ditandatangani oleh otoritas penerbit atas nama Presiden Republik India.
Teks Paspor India dicetak dalam bahasa Hindi dan Inggris, dua bahasa resmi India.
Sejak 25 November 2015, paspor India yang ditulis tangan atau dengan tanggal kadaluwarsa asli yang diperpanjang hingga 20 tahun belum berlaku berdasarkan peraturan perjalanan ICAO.[14] Dengan paspor India yang lebih baru, rincian pribadi dari pemegang paspor, yang sampai sekarang dicetak pada halaman sampul dalam, dicetak pada halaman kedua dokumen. Fitur keamanan tambahan lainnya di paspor non-tulisan tangan yang lebih baru adalah gambar bayang dari pemegang yang ditemukan di sisi kanan halaman kedua. Selain mencegah penjahat mencetak paspor palsu, perubahan terbaru juga membantu mencegah noda pada dokumen karena printer inkjet.[15][16]
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Terdapat beberapa bahasa di India masuk dalam keluarga bahasa yang berbeda, utamanya adalah rumpun bahasa Indo-Arya yang dipakai oleh 75% orang India dan rumpun bahasa Dravida yang dipakai oleh orang India selatan.[1][2] Bahasa lainnya yang digunakan di India masuk dalam keluarga bahasa Austroasiatik, Tibet-Burma, beberapa keluarga bahasa minor dan isolat.[3]:283 Selama lebih dari tiga milenium, kontak bahasa membuat pengaruh penting terhadap empat keluarga bahasa umum di daratan utama India dan Asia Selatan.
Konstitusi India tidak memberikan status bahasa nasional terhadap bahasa apapun.[4][5] Bahasa resmi dari Pemerintah Serikat Republik India adalah Hindi dalam aksara Dewanagari dan Inggris.[6] Delapan Usulan Konstitusi India memasukkan 22 bahasa, yang disebut sebagai bahasa yang diusulkan dan diberi pengakuan, status dan kedudukan resmi. Selain itu, Pemerintah India memberikan sebutan bahasa klasik kepada bahasa Tamil, Sanskerta, Kannada, Telugu, Malayalam dan Odia.
Menurut Sensus India 2001, India memiliki 122 bahasa utama dan 1599 bahasa lainnya. Namun, terdapat jumlah yang berbeda dari berbagai sumber lainnya, utamanya karena perbedaan definisi dalam istilah "bahasa" dan "dialek". Sensus 2001 menyatakan bahwa 30 bahasa digunakan oleh lebih dari sejuta penduduk asli dan 122 bahasa dipakai oleh lebih dari 10,000 orang.[7] Dua bahasa perdagangan memainkan peran penting dalam sejarah India: Persia[8] dan Inggris.[9] Hindi, yang menjadi bahasa yang paling banyak dipakai di India Utara pada saat ini, dijadikan sebagai lingua franca di sepanjang India Utara. Namun, terdapat agitasi anti-Hindi di India Selatan dan terdapat pertentangan di negara-negara sabuk non-Hindi terhadap penggunaan bahasa Hindi di wilayah tersebut.[10][11]
Templat:Bahasa di Asia Selatan
Orang India-Indonesia adalah kelompok masyarakat keturunan India yang tinggal dan menetap di Indonesia. Orang-orang keturunan Asia Selatan lain juga bisa disebut sebagai orang India-Indonesia. Menurut data dari Kementerian Luar Negeri India, pada Januari 2012, ada 120.000 masyarakat Indonesia keturunan India, dan 9.000 di antaranya adalah warganegara India, yang mereka bekerja dan tinggal di Indonesia.[2] Masyarakat India-Indonesia kebanyakan tinggal di Sumatera Utara, Banda Aceh, Surabaya, Medan dan Jakarta.[3]
Di Jakarta, masyarakat Tamil-Indonesia mempunyai organisasi yang bernama "Indonesia Tamil Tamram" yang bergerak dalam pelestarian bahasa dan budaya Tamil, membangun saling pengertian antara orang India dan Indonesia, dan memberikan kesempatan belajar bagi anak-anak Tamil di Indonesia untuk belajar bahasa ibu mereka. Untuk maksud tersebut, organisasi ini mengadakan kursus bahasa dan budaya, membagikan literatur dalam bahasa Tamil, menyelenggarakan berbagai kegiatan terkait, seperti debat, drama, tarian, dan musik, mendatangkan artis-artis terkenal dari India dalam bidang tari, musik, drama, dll.[4]
Kelompok suku masyarakat Punjabi dari India Utara banyak terdapat di kota-kota besar di Jawa, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dll. dan pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang. Banyak dari mereka yang beragama Sikh. Beberapa tokoh terkemuka dari masyarakat ini misalnya adalah Raam Punjabi, raja sinetron Indonesia dan istrinya, Rakhee Punjabi, H.S. Dillon, pakar ekonomi pertanian.Kehidupan masyarakat Indonesia keturunan India dikemas dengan begitu unik dalam serial televisi "Raj's Family" di salah satu stasiun televisi swasta.
Seorang tokoh Punjabi-Indonesia yang sering terlupakan adalah Gurnam Singh, pelari maraton pada era 1960-an yang menjadi pelari tercepat Asia pada Asian Games 1962 di Jakarta.[5] Gurnam Singh juga berasal dari Sumatera Utara.
Orang-orang Gujarati dahulu datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Islam.[6] Pada saat ini, mereka terkonsentrasi dalam satu wilayah yang dinamakan sebagai Kampung Pekojan.
Selain itu, di Indonesia ada pula kelompok suku masyarakat Sindhi yang juga banyak berperan dalam dunia perdagangan di Indonesia. Mereka umumnya bergerak di bidang industri garmen dan tekstil, makanan dan pertanian, perfilman, intan permata dan batu-batu mulia. Masyarakat Sindhi di Indonesia mempunyai organisasi sosial yang bernama "Gandhi Seva Loka" yang banyak memberikan bantuan kepada komunitas mereka sendiri, serta menyelenggarakan proram orang tua asuh secara teratur. Organisasi ini juga menolong kaum fakir-miskin di kalangan masyarakat yang lebih luas, khususnya ketika ekonomi negara dilanda krisis yang berkepanjangan.
Di dalam aktivitas sosialnya, masyarakat India-Indonesia mendirikan sekolah Gandhi International School di Jakarta. Selain itu, ada pula beberapa Gurdwara, yakni tempat ibadah bagi mereka yang beragama Sikh, dan kuil bagi mereka yang beragama Hindu dan Jain.
Berbagai kelompok masyarakat dari anak benua India telah datang ke kepulauan Indonesia sejak masa pra-sejarah. Di Bali, misalnya, berbagai sisa keramik sejak abad pertama Masehi telah ditemukan. Malah nama Indonesia sendiri berasal dari bahasa Latin Indus "India" dan bahasa Yunani nêsos "pulau" yang secara harafiah berarti 'Kepulauan India'.
Sejak abad ke-4 dan ke-5, pengaruh budaya India menjadi semakin jelas. Bahasa Sanskerta digunakan dalam berbagai prasasti. Namun sejak abad ke-7, huruf India semakin sering dipergunakan untuk menulis bahasa-bahasa setempat yang kini sudah mengandung banyak kata pinjaman bukan saja dari bahasa Sanskerta, tetapi juga dari berbagai bahasa Prakerta dan bahasa-bahasa Dravida.
Selain itu, masyarakat pribumi Indonesia pun mulai memeluk agama-agama India, khususnya Siwaisme dan Buddhisme. Namun ada pula pemeluk Wisnuisme dan Tantrisme.
Diyakini pula bahwa berbagai penduduk India juga menetap di Indonesia, bercampur gaul dan berasimiliasi dengan penduduk setempat, karena pada abad ke-9 dalam sebuah prasasti dari Jawa Tengah disebutkan nama-nama berbagai penduduk India (dan Asia Tenggara):
Belakangan, dengan bangkitnya Islam, agama Islam pun dibawa ke Indonesia oleh orang-orang Gujarat sejak abad ke-11, bukan untuk menggantikan sistem-sistem keagamaan yang sudah ada, melainkan untuk melengkapinya.
Pengaruh India di Masakan Indonesia
Pengaruh India terhadap masakan Nusantara, dapat ditelusuri lewat hubungan antara Kesultanan Mughal di India dengan Aceh, sekitar abad 15 hingga abad 16.[9] Beberapa pengaruh Mughal diduga dapat ditemukan dalam masakan yang pedas dan bersantan. Terdapat dua pendapat berbeda soal asal usul rasa pedas ini. Pertama, sumber pedas disebutkan berasal dari cabai yang dibawa oleh bangsa Portugis ke Mughal, hingga sampai ke Nusantara. Kedua, orang India sebenarnya sudah mengenal cabai, jauh sebelum orang Portugis datang.
Masakan Indonesia dengan pengaruh India, diduga terdapat dalam megana atau cacahan sayur nangka, yang masih bisa ditemui di daerah Pekalongan, Wonosobo, dan Temanggung.[9] Masakan ini berada di wilayah-wilayah yang merupakan bekas daerah kerajaan Hindu awal di Jawa, yaitu Kalingga.
Budaya India-Indonesia
Budaya India-Indonesia adalah budaya hasil akulturasi budaya India dengan budaya Indonesia yang berkembang di Indonesia.
Warisan India di Indonesia
Warisan agama Hindu yang masih tersisa di beberapa tempat di Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan, adalah bukti-buktinya.[7] Kisah epos Mahabharata dan kisah klasik Ramayana telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang Indonesia. Banyak nama orang Indonesia yang menggunakan nama-nama India atau Hindu, meskipun tidak berarti bahwa mereka beragama Hindu. Nama-nama seperti "Yudhistira Adi Nugraha", "Bimo Nugroho", "Susilo Bambang Yudhoyono", semuanya mencerminkan pengaruh India yang sangat kuat di Indonesia.
Selain itu di beberapa tempat, tampak sisa-sisa keturunan masyarakat India yang telah berbaur dengan masyarakat Indonesia. Nama-nama keluarga (merga) di kalangan masyarakat Batak Karo, seperti Brahmana dan Gurusinga yang tampaknya berasal dari nama-nama India, menunjukkan warisan tersebut.
Di Jakarta terdapat daerah yang dinamai Pekojan di Jakarta Kota, dan Koja di Jakarta Utara. Kedua daerah ini dulunya adalah pemukiman orang-orang India Muslim yang disebut juga orang Khoja. Mereka umumnya berasal dari daerah Cutch, Kathiawar dan Gujarat. Mereka berasal dari kasta Ksatria. Pada abad ke-14, komunitas ini mengalami perubahan besar ketika seorang mubaligh Persia, Pir Sadruddin, menyebarkan agama Islam di antara mereka dan memberikan kepada mereka nama "Khwaja", dan dari kata ini diperoleh kata "khoja" atau "koja". "Khawaja" sendiri berarti "guru, orang yang dihormati dan cukup berada".[8]
Terjemahkan Bahasa Indonesia ke India
Kami menerapkan teknologi penerjemahan mesin dan kecerdasan buatan dalam penerjemah India-Indonesia gratis kami.
Agama di India dikarakteristikan oleh beragam praktik dan kepercayaan keagamaan. Anak benua India adalah tempat lahir dari empat agama besar di dunia: yakni Hindu, Buddha, Jain dan Sikh. Sepanjang sejarah India, agama telah menjadi bagian penting dari budaya negara tersebut. Keragaman dan toleransi agama berdiri di negara tersebut lewat hukum dan kebiasaan; Konstitusi India telah mendeklarasikan hak untuk kebebasan beragama menjadi hak fundamental.[1]
Barat laut India adalah rumah dari salah satu peradaban tertua di dunia, peradaban lembah Indus. Saat ini, India meliputi sekitar 90% populasi umat Hindu di dunia. Kebanyakan kuil dan candi Hindu terletak di India, sebagai tempat-tempat lahir sebagian besar orang suci Hindu. Allahabad mentuanrumahi tempat ziarah keagamaan terbesar di dunia, Kumbha Mela, dimana umat Hindu dari seluruh dunia berkumpul untuk mandi di tiga sungai keramat di India: Ganga, Yamuna, dan Saraswati. Diaspora India di Barat mempopulerkan beberapa aspek filsafat Hindu seperti yoga, meditasi, pengobatan Ayurweda, keilahian, karma, dan reinkarnasi.[2] Pengaruh agama-agama India telah menjadi signifikan di seluruh dunia. Beberapa organisasi berbasis Hindu, seperti gerakan Hare Krishna, Brahma Kumari, Ananda Marga, dan lainnya telah menyebarkan kepercayaan dan praktik spiritual India.
Menurut sensus 2011, 79.8% dari populasi India mempraktikan Hindu, 14,2% menganut Islam, 2,3% menganut Kristen, sementara sisanya menganut agama lainnya 3,7% (Sikh, Buddha, Jain dan berbagai kepercayaan bertonggak etnis pribumi). Zoroastrian dan Yudaisme juga memiliki sejarah kuno di India, dan masing-masing telah memiliki sekitar ribuan pengikut di India. India memiliki populasi terbesar dari orang-orang yang menganut Zoroastrian (contohnya orang Parsi dan Iran) dan Kepercayaan Bahá'í di dunia,[3] meskipun agama-agama tersebut tidak berasal dari India. Beberapa agama dunia lainnya juga memiliki hubungan dengan spiritualitas India, seperti kepercayaan Baha'i yang mengakui Buddha dan Kresna sebagai manifestasi Tuhan.[4]
India memiliki populasi Ahmadiyyah terbesar di dunia dan menjadi tempat terbentuknya Islam Ahmadiyyah, sehingga negara tersebut menjadi salah satu negara di dunia dengan sekitar 1 juta Muslim Ahmadiyyah. Kuil-kuil beberapa orang suci terkenal dari Sufisme, seperti Moinuddin Chishti dan Nizamuddin Auliya, ditemukan di India, dan didatangi wisatawan dari seluruh dunia.[5] India juga merupakan rumah dari beberapa monumen arsitektur Islam terkenal, seperti Taj Mahal dan Qutb Minar.
Berikut adalah besaran penduduk negara India berdasarkan agama yang dianut menurut negara bagian:[6]. Sensus Penduduk India Tahun 2011 menunjukkan, jumlah penduduk India sudah mencapai 1,2 miliar penduduk.
भारत गणराज्य Bhārat Gaṇarājya (Hindi)
ভারতীয় প্রজাতন্ত্র Bhārotiyo Projātôntro (Bengali)
("Hanya kebenaran yang berjaya")
• Republik dibentuk (Konstitusi saat ini)
India, dengan nama resmi Republik India (ISO: Bhārat Gaṇarājya), adalah sebuah negara federal yang bersistem parlementer dengan berbentuk republik konstitusional di Asia Selatan dengan garis pantai sepanjang 7.000 km, dan bagian dari Anak Benua India. Negara ini berbagi perbatasan dengan Afganistan, Pakistan, Tiongkok, Nepal, Bangladesh, Bhutan, dan Myanmar. Maladewa, Sri Lanka, Lakshadwip dan Indonesia adalah negara kepulauan yang bersebelahan.
Dengan jumlah penduduk terbanyak kedua setelah Tiongkok, yakni berjumlah lebih dari satu miliar jiwa[5], dan merupakan negara terbesar ketujuh berdasarkan ukuran wilayah geografis. Jumlah penduduk India tumbuh pesat sejak pertengahan 1980-an. India merupakan bagian dari rute perdagangan penting dan bersejarah. Ekonomi India adalah yang terbesar ketiga di dunia dalam produk domestik bruto, diukur dari segi paritas daya beli, dan salah satu pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. India merupakan negara dengan sistem demokrasi liberal terbesar di dunia serta memiliki pemerintah India juga telah muncul sebagai kekuatan regional yang penting, memiliki kekuatan militer terbesar, dan memiliki senjata pemusnah massal.
India adalah letak dari peradaban kuno seperti Peradaban Lembah Sungai Indus, dan merupakan tempat kelahiran dari empat agama utama di dunia: Hindu, Buddha, Jain, dan Sikh. Negara ini merupakan bagian dari Britania Raya sebelum meraih kemerdekaannya pada 1947.
India adalah salah satu tempat pertama yang dihuni oleh manusia setelah migrasi dari Afrika. Manusia tiba di India melalui pesisir sepanjang Jazirah Arab dan Teluk Persia. Kemungkinan kelompok orang pertama tiba di India sekitar 50.000-an SM.
Pada 3000-an SM, bangsa Harappa membangun kota-kota Zaman Perunggu di Sungai Indus (Pakistan modern). Mereka melakukan perdagangan dengan Asia Barat. Pada 2000-an SM, peradaban Harappa runtuh. Tak diketahui secara pasti penyebab keruntuhan ini.
Tidak lama setelah itu, bangsa Indo-Eropa datang dari Asia Barat dan Asia Tengah ke India. Mereka disebut juga bangsa Weda atau Arya, dan membawa serta kuda, kereta perang, dan bahasa mereka. Agama mereka ikut bercampur dengan agama lokal untuk kemudian menghasilkan agama Hindu. Sistem kasta juga mulai muncul pada masa ini. Sekitar 800-an SM, bangsa Weda bergerak dari Lembah Indus untuk menaklukan seluruh India Utara, termasuk lembah Gangga.
Pada 539 SM, Persia, di bawah Koresh Agung, menyerang India utara (Pakistan modern) dan menjadikannya bagian dari Kekaisaran Persia. Pada 323 SM, Aleksander Agung, ketika menaklukan Kekaisaran Persia, juga melancarkan serangan ke India.
Setelah itu muncul negara-negara kuat di India. Yang pertama adalah Kekaisaran Maurya yang berdiri pada 321 SM dan runtuh pada 184 SM. Masa ini diikuti oleh periode kerajaan-kerajaan kecil hingga pada 320 M berdirilah Kekaisaran Gupta yang berlangsung hingga 550 M. Kerajaan-kerajaan besar lainnya juga muncul di India selatan.
Dimulai sekitar 400-an M, gelombang serangan dari Asia Tengah dan Asia Barat mulai menyerbu India. Awalnya, suku Hun menyerang, kemudian, setelah runtuhnya Gupta, kaum Muslim berhasil merebut India utara dan mendirikan Kesultanan Delhi. Sekitar 1200-an dan 1300-an M, Mongol juga melakukan serangan berulang ke India. Semua konflik ini berlangsung terutama di India utara. Sementara di India selatan, kerajaan-kerajaan India lokal relatif tidak terlalu terganggu.
Di India utara, kekuasaan Mongol sempat menghilang sebelum akhirnya pada 1526 M berdiri negara Mongol bernama Kekaisaran Mughal. Pada tahun 1700-an M, Mughal melemah dan terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Ini memicu Britania Raya bergerak dan menaklukan India.
Seluruh negara-negara bagian India di utara, dan timur laut dibentuk oleh Banjaran Himalaya. Wilayah lainnya terdiri dari hamparan Indo-Gangetik yang subur. Di sebelah barat yang berbataskan Pakistan tenggara terdapat Gurun Thar. Semenanjung India di selatan hampir seluruhnya merupakan bagian dari hamparan Dekan (Deccan). Di kedua sisi hamparan ini terdapat dua banjaran pesisir yang berbukit-bukit, Ghats Barat, dan Ghats Timur.
India memiliki beberapa sungai besar seperti Sungai Gangga, Brahmaputra, Yamuna, Godavari, dan Krishna. Sungai-sungai tersebutlah yang menyebabkan suburnya hamparan-hamparan di sebelah utara India sehingga cocok untuk ditanam.
Cuaca India beragam, dari cuaca tropis di selatan hingga ke cuaca menengah di utara. Sebagian dari India yang terletak di pegunungan Himalaya memiliki cuaca tundra. India memperolehi hujannya dari monsun.
India dibagi kepada 28 negara bagian (yang kemudian dibagi kepada distrik), enam Wilayah Persatuan, dan Wilayah Ibu Kota Nasional Delhi. Negara-negara bagian memiliki pemerintah yang dilantik sendiri, sementara Wilayah-wilayah Persatuan diperintah seorang pengurus yang dilantik pemerintah persatuan (union government), meski beberapa di antaranya memiliki pemerintah yang dilantik.
1. Andhra Pradesh 2. Arunachal Pradesh 3. Assam 4. Bihar 5. Chhattisgarh 6. Goa 7. Gujarat 8. Haryana 9. Himachal Pradesh 10. Telangana 11. Jharkhand 12. Karnataka 13. Kerala 14. Madhya Pradesh 15. Maharashtra 16. Manipur 17. Meghalaya 18. Mizoram 19. Nagaland 20. Odissha 21. Punjab 22. Rajasthan 23. Sikkim 24. Tamil Nadu 25. Tripura 26. Uttar Pradesh 27. Uttarakhand 28. Bengal Barat
A. Kepulauan Andaman dan Nicobar B. Chandigarh C. Dadra, Daman, dan Diu D. Jammu E. Lakshadweep G. Puducherry H. Kashmir
Wilayah Ibu Kota Nasional:
India memiliki ekonomi yang berada dalam urutan ke-10 dalam konversi mata uang, dan ke-4 terbesar dalam PPP. Dia memiliki rekor ekonomi dengan pertumbuhan tercepat sekitar 8% pada 2003. Dikarenakan populasinya yang besar, namun pendapatan per kapita India berdasarkan PPP hanya AS$3.262, berada di urutan ke-125 oleh Bank Dunia. Cadangan pertukaran asing India sekitar AS$143 miliar. Mumbai merupakan ibu kota finansial negara ini, dan juga merupakan rumah dari Reserve Bank of India, dan Bursa Efek Mumbai. Meskipun seperempat dari penduduk India masih hidup di bawah garis kemiskinan, jumlah kelas menengah yang besar telah muncul karena cepatnya pertumbuhan dalam industri teknologi informasi.
Ekonomi India dulunya banyak tergantung dari pertanian, namun sekarang ini hanya menyumbang kurang dari 25% dari PDB. Industri penting lainnya termasuk pertambangan, petroleum, pengasahan berlian, film, tekstil, teknologi informasi, dan kerajinan tangan. Kebanyakan daerah industri India berpusat di kota-kota utamanya. Tahun-tahun belakangan ini, India telah muncul sebagai salah satu pemain terbesar dalam perangkat lunak, dan business process outsourcing, dengan pendapatan sekitar AS$17,2 miliar pada 2004–2005. Dan ada juga banyak industri skala kecil yang menyediakan lapangan kerja yang stabil bagi penduduk di kota kecil, dan pedesaan.
Meskipun India hanya menerima sekitar tiga juta pengunjung asing setiap tahun, pariwisata tetap penting tapi masih sumber pendapatan nasional yang belum berkembang. Pariwisata menyumbangkan 5,3 persen dari PDB India. Partner perdagangan utama India termasuk Amerika Serikat, Jepang, Republik Rakyat Tiongkok, dan Uni Emirat Arab.
Ekspor utama India termasuk produk pertanian, tekstil, batu berharga, dan perhiasan, jasa perangkat lunak, dan teknologi, hasil teknik, kimia, dan hasil kulit sedangkan komoditas impornya adalah minyak mentah, mesin, batu berharga, pupuk, kimia. Pada tahun 2004, total ekspor India berjumlah AS$69,18 miliar sedangkan impor sekitar AS$89,33 miliar.
Mayoritas penduduk di India beragama Hindu 79,8%, Islam 14,23%, Kristen 2,30%, Sikh 1,72%, dan sisanya Buddha 0,70%, Jain 0,36%, dan lainnya[a] (0,89%).[1]. Sensus Penduduk India Tahun 2011 menunjukkan, jumlah penduduk India sudah mencapai 1,2 miliar penduduk.
Kebudayaan India penuh dengan sinkretisme,[7] dan pluralisme budaya.[8] Kebudayaan ini terus menyerap adat istiadat, tradisi, dan pemikiran dari penjajah, dan imigran sambil terus mempertahankan tradisi yang sudah mapan, dan menyebarluaskan budaya India ke tempat-tempat lain di Asia.
Kebudayaan tradisional India memiliki hierarki sosial yang relatif ketat. Sejak usia dini, anak-anak diajari tentang peran, dan kedudukan mereka dalam masyarakat.[9] Tradisi ini diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa-dewa, dan roh yang dianggap berperan penting, dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka.[9] Dalam sistem kasta di India ditetapkan stratifikasi sosial, dan pembatasan dalam kehidupan sosial di anak benua India. Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok herediter yang mempraktikkan endogami, yang umum disebut jāti atau kasta.
Orang India sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional. Walaupun demikian, rumah-rumah di perkotaan sekarang lebih sering hanya didiami oleh keluarga inti. Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi, dan sosial untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga besar. Di kawasan pedesaan masih umum dijumpai anggota keluarga dari tiga hingga empat generasi yang tinggal di bawah satu atap.[9] Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga sering diselesaikan secara patriarkisme.[9] Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tua mereka atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuan pengantin pria, dan pengantin wanita.[10] Pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup,[10] dan angka perceraian sangat rendah.[11] Walaupun demikian, pernikahan dini masih merupakan tradisi yang umum.[12] Separuh dari populasi wanita India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usia dewasa menurut hukum.[13]
Masakan India mencakup berbagai masakan khas dari berbagai kawasan di India. Ciri khas masakan India adalah pemakaian bumbu serta rempah-rempah yang beraneka ragam. Makanan pokok orang India adalah beras (terutama di India selatan, dan timur), dan gandum di India bagian timur.[14] Rempah-rempah seperti merica aslinya berasal dari anak benua India. Cabai menjadi populer di India berkat diperkenalkan oleh orang Portugis.[15]
Pakaian tradisional berbeda-beda menurut daerahnya di India. Warna-warni, dan gaya pakaian tradisional bergantung pada berbagai faktor, terutama iklim. Pakaian berupa kain yang disampirkan merupakan gaya busana yang populer di India. Wanita mengenakan pakaian yang disebut sari, dan pria mengenakan pakaian yang disebut dhoti atau lungi. Pakaian dari kain yang dijahit juga populer, seperti salwar kameez yang dikenakan wanita. Pria mengenakan kurta berikut piyama, selain celana panjang, dan kemeja gaya Eropa yang juga populer.
Sebagian besar hari libur di India merupakan hari raya keagamaan. Walaupun demikian, di India juga terdapat hari raya sekuler yang dirayakan tanpa memandang kasta, dan kepercayaan. Hari raya yang dikenal di seluruh India, misalnya Diwali, Ganesh Chaturthi, Ugadi, Thai Pongal, Holi, Onam, Vijayadasami, Durga Puja, Idul Fitri, Bakr-Id, Natal, Buddha Jayanti, dan Vaisakhi.[16] India memiliki tiga hari nasional. Selain itu, India memiliki hari raya lainnya. Jumlah hari libur resmi antara 9 hingga 12 hari bergantung kepada masing-masing negara bagian. Kehidupan beragama merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, dan bukan urusan pribadi.
Arsitektur India sangat melambangkan kebinekaan kebudayaan India. Sebagian di antaranya, termasuk monumen megah seperti Taj Mahal, dan bangunan berarsitektur arsitektur MughalMughal, dan India Selatan merupakan campuran dari tradisi kuno, dan beraneka ragam tradisi lokal dari berbagai wilayah di India, dan luar negeri. Arsitektur vernakular juga menunjukkan variasi regional yang mencolok.
Musik India mencakup berbagai jenis musik daerah, dan musik tradisional. Musik tradisional India secara garis besar dibagi menjadi dua jenis: musik tradisional Hindustani dari India Utara, Karnataka dari India Selatan, dan berbagai variasi darinya yang muncul di sebagai musik daerah di India. Musik filmi, dan musik rakyat India merupakan bentuk-bentuk musik pop yang telah menjadi bentuk musik daerah. Musik yang dibawakan kelompok baul berakar pada tradisi sinkretisme, dan merupakan contoh musik rakyat yang dikenal luas.
Tari India juga terdiri dari bentuk-bentuk tari klasik, dan tari rakyat. Di antara tari rakyat India yang dikenal luas, misalnya: bhangra dari Punjab, bihu dari Assam, chhau dari Benggala Barat, Jharkhand, dan sambalpuri dari Orissa, serta ghoomar dari Rajasthan. Akademi Musik, Tari, dan Drama Nasional India telah mengakui delapan bentuk tari sebagai tari klasik India. Di antara kedelapan tarian tersebut sebagian di antaranya dilengkapi narasi, dan dipengaruhi unsur-unsur mitologi Hindu. Kedelapan tari klasik India yang dimaksud adalah: bharatanatyam dari Tamil Nadu, kathak dari Uttar Pradesh, kathakali, dan mohiniyattam dari Kerala, kuchipudi dari Andhra Pradesh, manipuri dari Manipur, odissi dari Orissa, dan sattriya dari Assam.[17]
Teater di India memadukan musik, tari, dan dialog yang memakai skenario atau improvisasi.[18] Kisahnya sering didasarkan pada mitologi Hindu, namun sebagian di antaranya mengambil ide dari kisah percintaan abad pertengahan, sambil menyinggung peristiwa-peristiwa sosial, dan politik. Teater rakyat yang populer di India, misalnya: bhavai dari negara bagian Gujarat, jatra dari Benggala Barat, nautanki, dan ramlila dari India Timur, tamasha dari Maharashtra, burrakatha dari Andhra Pradesh, terukkuttu dari Tamil Nadu, serta yakshagana dari Karnataka.[19]
India memiliki industri film terbesar di dunia.[20] Bollywood memproduksi film-film Hindi yang laris. Industri film Bollywood berpusat di Mumbai, dan telah menjadi industri film paling produktif di dunia.[21] Selain Bollywood, film-film berbahasa Bengali, Kannada, Malayalam, Marathi, Tamil, dan Telugu juga didukung oleh industri film yang mapan.[22]
Bentuk-bentuk awal sastra India berbentuk sastra lisan yang kemudian dijadikan sastra tertulis.[23] Kesusastraan India mencakup karya-karya sastra Sanskerta, seperti bentuk awal Weda, epos Mahabharata, dan Ramayana, drama Sakuntala, puisi-puisi seperti Mahākāvya,[24] dan sastra Sangam dalam bahasa Tamil.[25] Di antara penulis India era modern terdapat sastrawan Rabindranath Tagore yang memenangi Hadiah Nobel tahun 1913.
Wikimedia Commons memiliki media mengenai
Wikiwisata memiliki panduan wisata
Namaste! Saat menonton film India, pernahkah kalian mendengar beberapa kata dari percakapan pemerannya terdengar seperti bahasa Indonesia? Yup, hal itu dikarenakan bahasa Hindi dan bahasa Indonesia sama-sama mengadaptasi kosakata dari bahasa Sansekerta.
Hindi merupakan bahasa resmi dari negara India. Selain bahasa Sansekerta, bahasa Hindi juga mendapat pengaruh dari bahasa Inggris dan bahasa Arab. Tulisan untuk menulis bahasa Hindi disebut aksara devanagari. Berikut ini beberapa kata bahasa Hindi yang mirip dengan bahasa Indonesia.
Menurut KBBI, kata raja bermakna penguasa tertinggi di kerajaan atau negara. Begitu pula arti kata raja dalam bahasa Hindi. Bahkan pelafalannya pun sama peris. English: King; Bahasa Indonesia: Raja; Hindi: राजा (Raaja)
Kata cuti yang bermakna libur dalam bahasa Indonesia, ternyata juga memiliki makna yang serupa dengan bahasa Hindi. Pelafalannya pun juga sama. English: Holiday, vacation; Bahasa Indonesia: Cuti, libur; Hindi: छुट्टी (Chhuttee)
Kata bahasa pada bahasa Indonesia, mirip dengan kata भाषा (bhaasha) dalam bahasa Hindi. Namun, terdapat sedikit perbedaan dalam pelafalannya. Dalam bahasa Hindi, kata bahasa dilafalkan /bhasya/. English: Language; Bahasa Indonesia: Bahasa; Hindi: भाषा (bhaasha)
Salah satu jenis makanan yang biasanya dihidangkan sebagai makanan pelengkap ini, baik di Indonesia maupun di India, sama-sama disebut acar. Bahkan pelafalannya juga sama. English: Pickle; Bahasa Indonesia: Acar; Hindi: अचार (Achaar)
Meskipun tulisan latinnya अंगूर (angoor) tidak mirip dengan bahasa Indonesia, namun pelafalannya sama persis, yakni dibaca /anggur/. English: Grape; Bahasa Indonesia: Anggur; Hindi: अंगूर (Angoor)
Tempat ibadah bagi umat Islam ini, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Hindi, sama-sama disebut masjid. Kata masjid sebenarnya berasal dari bahasa Arab. English: Mosque; Bahasa Indonesia: Masjid; Hindi: मस्जिद (Masjid)
Baca Juga: 6 Bahasa Paling Mudah Dipelajari, Bahasa Indonesia Ada Gak Ya?
Dalam bahasa Hindi, huruf A paling akhir dari kata samudra tidak dibaca. Sehingga pelafalannya menjadi /samudr/. Meskipun pelafalannya tidak sama persis, namun memiliki makna yang sama, yakni laut. English: Ocean; Bahasa Indonesia: Laut, samudra; Hindi: समुद्र (Samudr)
Lanjutkan membaca artikel di bawah